Senin, 21 Maret 2016

Sejarah Tradisional Indonesia "Bakiak"

Permainan Tradisional 'Bakiak'

SEKILAS TENTANG BAKIAK

Bakiak adalah salah satu permainan tradisional. Bahannya dibuat dari kayu panjang seperti seluncur es yang sudah dihaluskan (diamplas, red:banjar) dan diberi beberapa selop diatasnya, biasanya untuk 2-3 orang. Memainkan bakiak biasanya secara berkelompok atau tim, yang masing-masing tim berlomba untuk sampai ke finish. Permainan ini menguji ketangkasan, kepemimpinan, kerja sama, kreatifitas, wawasan serta kejujuran.


SEJARAH BAKIAK
"Bakiak" sebenarnya permainan tradisional anak-anak di Sumatera Barat. Anak-anak dari Sumatera Barat yang dilahirkan hingga pertengahan tahun 1970-an, sering dan biasa memainkan bakiak atau terompah panjang ini. Bakiak panjang atau yang sering disebut terompa galuak di Sumatera Barat adalah terompah deret dari papan bertali karet yang panjang. Sepasang 'bakiak' minimal memiliki tiga pasang sandal atau dimainkan tiga anak. Biasanya juga untuk diperlombakan di tingkat kecamatan dan kelurahan pada 17 Agustusan.
Berbeda halnya dengan daerah Sumatera Barat. Bakiak merupakan sebutan di Jawa Tengah untuk sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang ringan dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku dikedua sisinya. Di Jawa Timur dikenal dengan sebutan Bangkiak. Sangat populer karena murah terutama dimasa ekonomi susah sedangkan dengan bahan kayu dan ban bekas membuat bakiak tahan air serta suhu panas dan dingin. Diperkirakan bakiak diinspirasikan oleh Jepang yang sudah memakai telapak kayu untuk Geisha-Geisha.
Geisha (bahasa Jepang:芸者 "seniman") adalah seniman-penghibur (entertainer) tradisional Jepang. Kata geiko digunakan di Kyoto untuk mengacu kepada individu tersebut. Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun jumlahnya tidak banyak. "Geisha," yang dilafalkan dalam bahasa Inggris:/ˈgeɪ ʃa/ ("gei-" - "may"). Di Kansai, istilah "geiko" (芸妓) dan geisha pemula "maiko" (舞妓) yang digunakan sejak Restorasi Meiji. Istilah "maiko" hanya digunakan di distrik Kyoto. Pengucapan ˈgi ʃa ("gei-" - "key") atau "gadis geisha" umum digunakan pada masa pendudukan Amerika Serikat di Jepang, mengandung konotasi prostitusi. Di Republik Rakyat Cina, kata yang digunakan adalah "yi ji," yang pengucapannya mirip dengan "ji" dalam bahasa Mandarin yang berarti prostitusi. Geisha belajar banyak bentuk seni dalam hidup mereka, tidak hanya untuk menghibur pelanggan tetapi juga untuk kehidupan mereka. Rumah-rumah geisha ("Okiya") membawa gadis-gadis yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan kemudian melatih mereka. Semasa kanak-kanak, geisha seringkali bekerja sebagai pembantu, kemudian sebagai geisha pemula (maiko) selama masa pelatihan. Berikut adalah gambar alas kaki yang sering digunakan Geisha-Geisha Jepang.

MODIFIKASI BAKIAK YAITU BAKIAK TALI
Bakiak biasanya berupa kayu panjang mirip seluncur yang diberi beberapa selop, akan tetapi kali ini akan diberikan sesuatu yang sedikit berbeda yaitu bakiak tali. Dimana untuk selop tersebut digantikan dengan tali, yang panjangnya diperkirakan sampai ke tangan (sebagai pegangan). Berikut adalah cara pengolahan alat bakiak tali.
Bahan:
• 2 buah Kayu panjang dan tebal
• 1 gulungan tali tambang ukuran kecil
• 12 buah paku ukuran kecil
• Beberapa kaleng kecil cat warna warni
Alat:
• Palu
• Gunting
• Gergaji
• Mesin kataman (red,Banjar)
• Kuas untuk mencat
• Mistar ukur
• Pensil
Cara membuat bakiak tali
1. Pembuatan Papan
• 2 buah kayu panjang dan lebar diukur dengan mistar dan diberikan tanda dengan pensil, dengan perkiraan panjang 1,5 m dan lebar 15 cm.
• 2 buah kayu yang sudah diberikan tanda dengan pensil tadi, dipotong dengan menggunakan gergaji sehingga membentuk seperti papan seluncur.
• Setelah 2 buah papan terbentuk, maka haluskan dengan menggunakan mesin kataman (red,Banjar). Hal ini dimaksudkan agar papan menjadi halus sehingga tidak menciderai atau mengakibatkan kesuban (red, Banjar).
2. Pembuatan Tali
• Tali yang sudah disediakan diukur dengan menggunakan penggaris sepanjang +/- 1,5 m, kemudian potong dengan gunting.
• Kemudian lakukan hal yang sama berturut-turut hingga menghasilkan tali sebanyak 6 buah.
3. Pembuatan Bakiak Tali
• 1 buah papan yang sudah jadi tadi, diletakkan 3 tali disisinya dan berikan berikan masing-masing jarak +/- 35 cm.
• Untuk menancapkan tali pada papan, perhatikan cara berikut:
 Untuk merekatkan tali pada sisi papan, diberi paku di atasnya. Dan untuk memastikan tali menancap dengan kuat, belokkan lagi paku ke arah sisi papan sehingga tali terkunci dengan paku.
 Lakukan hal yang sama pada sisi yang berlawanan.
 Tali akan terbentuk seperti tali kendali pada kuda.
• Lakukan hal yang tadi pada kedua sisa tali, dengan jarak yang sudah ditentukan sebelumnya.
• Untuk fisnishing, pada papan bisa dikreasikan dengan cat warna sehingga papan berkesan lebih menarik.
• Lakukan pembuatan bakiak tali pada papan satunya sampai ke tahap finishing, sehingga menjadi sepasang layaknya sandal.
• Bakiak tali siap untuk digunakan.
• Selamat mencoba 

Cara Pakai Bakiak Tali
 Bakiak dipakai layaknya alas kaki oleh 3 orang pemain (dalam 1 grup)
 Letakkan masing-masing kaki dibawah tali, kemudian tali yang panjang dijadikan pegangan (seperti naik kuda).
 Untuk dapat melangkah, tali di bagian tangan kiri dan kaki kiri harus secara bersamaan diangkat untuk bisa melangkahkan kaki kiri, begitu juga sebaliknya dengan melangkahkan kaki kanan. Apa bila tali tidak diangkat, maka tidak akan bisa melangkah. Agar dapat berjalan cepat dan tidak terjatuh, diperlukan kekompakan antara pemain dalam satu grup. Supaya grup tetap kompak, para pemain sepakat mulai mengangkat kaki kanan tau kiri dulu. Selanjutnya, mereka akan berjalan sambil memberi komando pada langkah mereka: “Kanan! Kiri! Kanan! Kiri!....”
 Begitulah selanjutnya sampai ke garis finish.
 Grup mana yang lebih cepat, maka merekalah pemenangnya.
 Selamat bermain 

dibawah ini adalah foto ketika persiapan perlombaan bakiak di MAN 2 Kandangan, hahay...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar